Vlad Dracula Adalah
Tokoh pangeran ini dalam budaya pop kerap disebut sebagai Dracula. Dikaitkannya Vlad III dengan tokoh Dracula adalah inspirasi dari Bram Stoker, pencipta karakter horror legendaris itu.
Terlepas dari karakternya itu, Vlad the Impaler terkenal kala menangis air matanya bercampur darah. Dalam penelitian yang mereka terbitkan dalam jurnal Analytical Chemistry, kelompok tersebut menjelaskan analisis protein dan peptida dari tiga surat yang ditulis oleh Vlad Drăculea dan apa yang mereka pelajari darinya.
Dalam studi baru ini, para peneliti bertanya-tanya penyakit apa, jika ada, yang mungkin menjangkiti pemimpin yang kejam itu. Untuk mengetahuinya, mereka memperoleh dan menganalisis tiga dokumen yang ditulis oleh Count.
Saat menulis dengan tangan, orang yang menulis biasanya menyentuh kertas. Awalnya sentuhan seperti itu melibatkan penggunaan jari untuk penempatan kertas di atas permukaan, seperti meja. Setelah itu, bagian bawah telapak tangan akan bersandar pada kertas saat penulisan dilakukan. Kedua aktivitas tersebut menghasilkan berbagai bahan kimia dan molekul yang berpindah dari kulit ke kertas. Dalam pekerjaan mereka, tim peneliti mencari mereka di atas kertas, dan setelah ditemukan, ditelusuri asal-usulnya yang khas.
Untuk menangkap bahan dari kertas tanpa menyebabkan kerusakan, tim menggunakan teknik yang melibatkan penerapan dan pelepasan etilena-vinil asetat. Kemudian setelah diangkat, bahan tersebut diuji dengan menggunakan spektrometri massa. Tim menemukan residu yang mengandung lebih dari 500 peptida, yang mereka persempit menjadi 100 yang berasal dari manusia.
Pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih: Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. (Ilustrasi/Ist)
Kisah Vlad Dracula melawan
berakhir dengan kemenangan Sultan Muhammad Al Fatih. Anehnya, Barat mendistorsi sejarah kepahlawanan Islam ini. Pada tahun 2014, misalnya, Hollywood memproduksi film yg berjudul “
”. Dalam film itu digambarkan Sultan Muhammad Al-Fatih sebagai sosok pemimpin otoriter yang akhirnya dikalahkan Dracula.
Muhd Nur Iman Ramli dalam bukunya berjudul
(2015) mencoba mendudukkan sejarah Dracula vs Al-Fatih dengan benar. Ia mengklaim karyanya itu sebagai fakta, berdasarkan kajian ilmiah.
Dracula adalah manusia bengis dan jahat yang akhirnya mati terbunuh dalam pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad Al Fatih. Peristiwa itu terjadi pada bulan Desember 1476, di tepi Danau Snagov. Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. Sedang badannya dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.
Lalu, siapa sejatinya Dracula itu?
Drakula dalam banyak film digambarkan sebagai makhluk penghisap darah. Film yang dipertontonkan itu, hampir saja mengaburkan fakta sejarah yang sesungguhnya tentang sosok Dracula.
Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II) yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam Orde Naga. Dalam bahasa Rumania, Dracul berarti naga. Sedangkan akhiran ulea artinya “anak dari”. Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama Vlad Draculea (dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti ‘anak dari sang naga’.
adalah raihan prestasi besar umat Islam di masa lampau. Sudah berabad-abad sejak pertama kali perang merebut kota penting ini di zaman
di tahun 44 Hijriah. Baru pada masa Muhammad Al Fatih, kota ini berhasil dikuasai sepenuhnya di tahun sekitar 824 Hijriah.
Penaklukkan ini pun berimbas luas, hingga menyentuh daratan Eropa, termasuk Wallachia yang ada di Rumania. Menurut sejarah, Wallachia tidak pernah diserang, namun antara kedua pemimpin, Vlad II dan Sultan Al Fatih sepakat untuk membuat sebuah perjanjian. Intinya tempat ini masuk dalam kekuasaan Islam, dan Wallachia harus memberikan jizyah atau semacam pajak.
Selain soal jizyah, Sultan Al Fatih membuat sebuah kesepakatan cerdas agar daerah ini tidak bisa mudah lepas atau memberontak. Ya, sultan meminta dua anak Vlad II untuk dikirim ke Konstantinopel untuk belajar Islam. Kedua anak Vlad II ini bernama Vlad III atau Dracula dan Radu Cel Frumos.
Kedua pemuda ini pun dikirim ke Konstantinopel dan jadi orang hebat. Radu bahkan menjadi seorang Muslim yang kemudian diangkat sebagai panglima perang. Vlad III masih tetap pada agama aslinya. Bahkan ia makin membenci Islam dan Kesultanan Turki seperti yang didoktrinkan ayahnya sejak kecil.
Dracula memiliki impian, suatu ketika ia akan jadi pemimpin tertinggi di Wallachia dan ganti menyerang Islam. Siapa yang menyangka jika cita-cita ini menunjukkan titik terang. Diceritakan jika Vlad II dikudeta dan mati. Untuk mengisi kekosongan pemimpin, maka dikirimlah Vladd III atau Dracula untuk menggantikan posisi ayahnya.
Dari sinilah Dracula berkhianat. Sisa-sisa prajurit Turki yang ikut berperang bersamanya, setelah disekap berhari-hari di ruang bawah tanah, dalam keadaan telanjang bulat, diarak oleh Dracula menuju pinggir kota untuk dieksekusi.
Hyphatia Cneajna dalam bukunya yang berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib”, menceritakan beberapa penyiksaan keji yang dilakukan Dracula terhadap kaum muslimin.
Tiga ratus ribu umat Islam menjadi korban yang dibantainya dengan sangat kejam dan tidak manusiawi. Ada yang dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula; yaitu seseorang ditusuk duburnya dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya ditajamkan.
Kayu sula tersebut menembus hingga ke perut, kerongkongan, dan menembus kepala melalui mulut! Lebih sadisnya lagi, tidak hanya orang dewasa yang menjadi objek kekejaman penyulaan! Hyphatia memberikan pemaparan tentang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis karena mereka kesakitan yang amat apabila ujung kayu menembus perut kecilnya. Tubuh-tubuh korban itu, meregang di kayu sula untuk menjemput ajalnya.”
Namun, meskipun darah lebih kental dari pada air, tetapi aqidah dan keyakinan yang terpatri dalam hati, menjadi kekuatan tersendiri yang menggerakkan seseorang untuk membela saudara seiman, walau harus berhadapan dengan saudara kandungnya.
Radu, adik Dracula yang memang lebih ‘alim dan rajin dari kakaknya, diangkat oleh Sulthan Muhammad Al Fatih sebagai panglima perang bersama enam puluh ribu pasukan untuk meng-qishash Dracula.
Nama Vlad the Impaler atau Vlad III atau juga dikenal sebagai Pangeran Wallachia mungkin tak seterkenal Dracula dalam budaya pop. Namun penguasa asal Romania ini adalah inspirasi dari Bram Stoker menciptakan karakter horor legendaris tersebut.
Lahir sekitar tahun 1428 hingga 1431 di Wallachia yang kini menjadi bagian dari Rumania, Vlad III semasa hidup sejatinya memiliki nama panggilan Vlad Dracula. Hal itu tak bisa dilepaskan dari sosok ayahnya, Vlad II alias Vlad Dracul.
Semua bermula pada 1431. Kala itu, Raja Sigismund dari Luxembourg yang menguasai Hungaria menunjuk Vlad II masuk dalam kelompok kesatria, Ordo Naga alias The Order of the Dragon. Vlad II diketahui menghabiskan sebagian besar masa mudanya di istana milik Sigismund.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penunjukan tersebut membuat Vlad II mendapatkan titel baru, yakni Dracul, yang membuat dirinya dikenal dengan nama Vlad Dracul. Menurut bahasa Rumania kuno, "drac" berarti naga sehingga Vlad Dracul bermakna Vlad Si Naga.
Saat Ordo Naga berkuasa, mereka hanya fokus pada satu hal yakni mengalahkan Kekaisaran Ottoman yang berasal dari wilayah yang kini bernama Turki.
Hal itu menyebabkan kawasan Kerajaan Vlad Dracul sering menjadi tempat pertempuran berdarah.
Hingga pada 1442, Vlad Dracul dijebak Sultan Ottoman Murad II. Vlad II kemudian memberikan kedua anaknya yakni Vlad III dan Radu, sebagai sandera. Vlad II pun bebas dan diizinkan kembali ke Istananya.
Meski jadi tahanan, sejarawan Elizabeth Miller dari Memorial University of Newfoundland Kanada mengatakan kepada Live Science, Vlad III dan Radu justru diajarkan sains, filsafat, dan seni oleh Kesultanan Ottoman.
Vlad the Impaler atau Vlad III dalam film Bram Stoker's Dracula (1992). (dok. Columbia Pictures via IMDb)
"Mereka diperlakukan dengan cukup baik bila ditinjau dari sudut pandang saat ini. Namun tetap saja penahanan itu membuat Vlad kesal, sementara saudaranya [Radu] tampak setuju dan pergi ke Turki," kata Miller.
"Namun Vlad memiliki dendam, dan saya rasa ini yang menjadi salah satu faktor ia melawan Ottoman, balas dendam kepada mereka karena telah menahannya," lanjutnya.
Di sisi lain, Vlad II susah payah mempertahankan posisinya sebagai penguasa wilayah Wallachia. Hingga pada 1447, ia dikudeta oleh para bangsawan yang didukung pejabat dari Kerajaan Hungaria. Vlad II diketahui dibunuh di sebuah rawa-rawa di wilayahnya sendiri.
Setahun setelah kejadian itu, Vlad III mulai bergerak untuk kembali merebut takhta ayahnya dari penguasa Wallachia yang baru, Vladislav II.
Upayanya ini berhasil berkat didukung oleh Kesultanan Ottoman. Namun kesuksesan Vlad III duduk di takhta Wallachia hanya bertahan dua bulan setelah Vladislav II kembali melawan dan menang.
Profesor sejarah abad pertengahan dan arkeologi Universitas Florida, Florin Curta mengatakan tak banyak informasi mengenai keberadaan Vlad III selama 1448-1456, atau setelah didepak lagi dari Wallachia oleh Vladislav II.
Tetapi Vlad III diyakini bolak-balik bermain dua kaki dalam konflik Ottoman dan Hungaria. Hingga akhirnya, ia seutuhnya menyetop hubungan dengan Ottoman.
Bran Castle, lokasi yang dianggap masyarakat Rumania sebagai kastil drakula. (AFP/DANIEL MIHAILESCU)
Pemutusan hubungan tersebut membuat Vlad III mendapat dukungan militer dari Raja Ladislaus V Hongaria yang ternyata juga tak menyukai musuh Vlad III, Vladislav II.
Ketenaran Vlad III baik secara politik dan militer semakin santer bersamaan dengan kejatuhan Konstantinopel ke Kesultanan Ottoman pada 1453. Dengan kejatuhan ibukota Romawi Timur tersebut, Kesultanan Ottoman siap untuk menginvasi Eropa melalui upaya merebut Hungaria pada 1456.
Pada saat itulah, Vlad III berangkat ke daerah asalnya untuk membunuh Vladislav II dan menjadi penguasa dari Wallachia.
Setelah berhasil menyingkirkan Vladislav II, Vlad III yang sudah memiliki dendam terhadap Ottoman sejak muda, mendeklarasikan diri melawan kekhalifahan terakhir tersebut. Kebijakan pertamanya adalah menghentikan pembayaran upeti tahunan kepada Sultan Ottoman.
Meski kebijakan ini membuat ia terlihat baik di mata warganya, Vlad III sesungguhnya juga amat sadis.
Demi memperkuat posisi sebagai penguasa Wallachia, Vlad III konon mengundang para bangsawan di wilayah tersebut ke dalam sebuah perjamuan makan malam. Para bangsawan tersebut memiliki riwayat saling berebut kekuasaan sekaligus berpotensi menjadi lawan Vlad III.
Namun dalam perjamuan tersebut, Vlad III justru membantai seluruh tamunya itu dengan menusuk dan menancapkan tubuh mereka hidup-hidup ke tiang pancang.
Penyiksaan dari Vlad the Impaler dengan cara menusuk dan menancapkan tubuh targetnya hidup-hidup ke tiang pancang. (Pauk using CommonsHelper via Wikimedia Commons (CC-PD-Mark))
Anggota keluarga para bangsawan turut ditusuk hingga menggantung demi mencegah terjadinya pemberontakan di bawah otoritasnya.
Vlad III konon juga menusuk puluhan pedagang Saxon di Kronstadt atau yang sekarang dikenal sebagai Braşov, Rumania karena dianggap pernah bersekutu dengan bangsawan. Selama berkuasa, Vlad III diperkirakan telah menusuk 40 ribu hingga 100 ribu orang.
Berdasarkan Elizabeth Miller dalam buku Dracula: Sense and Nonsense, kebiasaannya yang sadis dengan menancapkan lawannya ke tiang tersebut menjadi faktor utama Vlad III mendapat julukan Vlad the Impaler alias Vlad Si Penusuk.
"Setelah Mehmed II [Muhammad al-Fatih] yang menaklukkan Konstantinopel menginvasi Wallachia pada 1462, dia sebenarnya mampu pergi ke seluruh penjuru ibu kota daerah itu, Targoviste, namun ternyata sepi," kata Curta.
"Dan di depan ibu kota itu, Mehmed II menemukan mayat dari tahanan Ottoman yang diambil Vlad. Semuanya tertusuk tiang pancang," lanjutnya.
Tak lama setelah aksi Vlad III menancapkan prajurit Ottoman ke panjang tersebut pada Agustus 1462, ia tak kuasa melawan kekuatan Mehmet II yang jauh lebih besar. Ia pun terpaksa melarikan diri ke Hungaria. Di sana, ia dipenjara selama beberapa tahun, menikah, dan punya anak.
Mehmed II (Muhammad al-Fatih) menginvasi Wallachia pada 1462 usai menaklukkan Konstantinopel. (The Yorck Project via Wikimedia Commons (CC-PD-Mark))
Sementara itu saudara Vlad, Radu yang memihak Ottoman, ditunjuk untuk memimpin Wallachia. Ketika Radu meninggal dunia pada 1475 dan digantikan oleh sejumlah tokoh lainnya, Vlad III diminta oleh para bangsawan di sana kembali memimpin Wallachia.
Vlad III pun kembali pulang kampung dan berusaha mengembalikan takhta. Ia berhasil, namun hanya sebentar. Suatu kali, pertempuran dengan Ottoman pecah dan Vlad III terbunuh di dalamnya.
Atas segala kebengisan dan cerita horor yang menempel pada sosok Vlad III, ia kerap dijuluki sebagai Vlad Dracula.
Kata "Dracula" atau "Draculea" dalam bahasa Rumania Kuno yang disematkan kepadanya dapat bermakna ganda. (AFP/DANIEL MIHAILESCU)
Kata "Dracula" atau "Draculea" dalam bahasa Rumania Kuno yang disematkan kepadanya dapat bermakna ganda. Makna pertama memang merujuk pada statusnya sebagai anak laki-laki dari Vlad Dracul.
Akan tetapi pada makna kedua yang mengacu bahasa Rumania modern, kata "drac" juga bisa diartikan sebagai "iblis" selain dari "naga" yang digunakan dalam "Dracul" untuk Vlad II.
Makna "iblis" ditambah dengan folklor soal Vlad III yang sadis itulah yang kemudian mendasari penggambaran sosok drakula sebagai makhluk penguasa kegelapan dalam buku Bram Stoker.
Bram Stoker sendiri menggambarkan Count Dracula dalam novelnya banyak menggunakan kemampuan supernatural yang diyakini diperoleh dengan bersekutu dengan iblis.
"Dalam bahasa Wallachia, 'dracula' berarti setan," tulis Stoker dalam catatan kecilnya.
Dari situ, mereka menemukan bukti ciliopathy, kelainan genetik yang mengganggu fungsi sel dan organ.
Mereka juga menemukan bukti penyakit radang, yang kemungkinan besar mengakibatkan masalah pada saluran pernapasan dan kulit.
Dari penelitian itu, mereka menemukan senyawa yang menyarankan Count juga menderita hemolacria. Suatu kondisi yang menyebabkan darah bercampur dengan cairan di saluran air mata, mengakibatkan air mata bercampur darah.
Ilmuwan Temukan Penyebab Vlad The Impaler, Tokoh Dracula yang Tiap Menangis Bercampur Darah
Vlad the Impaler ternyata menderita sebuah kelainan aneh pada dirinya.
Vlad the Impaler ternyata menderita sebuah kelainan aneh pada dirinya.
Ilmuwan Temukan Penyebab Vlad The Impaler, Tokoh Dracula yang Tiap Menangis Bercampur Darah
Sebuah tim ilmuwan kimia dari University of Catania, SpringStyle Tech Design Ltd, Romania National Archives dan Politecnico di Milano, Via Mancinelli, telah menemukan bukti baru. Bukti yang menunjukkan bahwa Vlad the Impaler menderita berbagai penyakit, termasuk salah satu penyakit yang mungkin dideritanya. Vlad the Impaler atau Vlad III dikenal sebagai Pangeran Wallachia abad 15. Dia dikenal sebagai pembela tanahnya yang gigih.
Sejarawan telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa dia bertanggung jawab atas kematian sebanyak 80.000 orang Ottoman, banyak di antaranya meninggal karena penyulaan. Penyulaan adakah teknik penyiksaan dan hukuman mati dengan cara menusukkan batang vertikal yang ujungnya runcing ke dubur korban.